• Ribuan Benda Sejarah Indonesia di Luar Negeri

    Pedati perunggu yang diduga berasal dari zaman Majapahit. Saat ini menjadi koleksi milik Metropolitan Museum, Amerika Serikat. (Dok. Metropolitan Museum)


    Upaya diplomasi untuk mengembalikan benda-benda masterpiece itu pernah dilakukan tahun 1978. Setelah itu, upaya tersebut berhenti hingga sekarang.

    Hasil diplomasi yang dilakukan tahun 1978 itu, Pemerintah Belanda akhirnya mengembalikan, antara lain, naskah Nagarakretagama, arca Prajnaparamitha setinggi 1,26 meter, pelana kuda Pangeran Diponegoro, dan koleksi emas dari kerajaan di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pelana kuda, arca, dan emas saat ini disimpan di Museum Nasional, sedangkan naskah Nagarakretagama disimpan di Perpustakaan Nasional.

    Intan Mardiana, Direktur Museum Nasional, Selasa (9/7) di Jakarta, mengatakan, sejumlah benda sejarah milik Indonesia tersebar di Belanda, Inggris, Austria, bahkan sampai ke Rusia. Di Inggris misalnya, ada sekitar 6.000 koleksi, sedangkan di Australia terdapat sekitar 3.000 benda etnografi Indonesia.

    Intan mengatakan, saat ini upaya diplomasi untuk mengembalikan benda-benda bersejarah milik Indonesia itu belum dilakukan lagi. Namun, pihaknya tetap mengupayakan agar benda-benda bersejarah tersebut bisa dikembalikan ke Indonesia.

    Lakukan identifikasi
    Edi Sedyawati, arkeolog yang pernah menjabat Direktur Jenderal Kebudayaan Depdikbud, mengatakan, pengembalian karya budaya yang menjadi masterpiece Indonesia perlu terus dilakukan. Kalau upaya tersebut belum berhasil, setidaknya perlu dilakukan identifikasi benda-benda apa saja yang ada di luar negeri. Hal ini sangat penting bagi dunia ilmu pengetahuan agar para peneliti kita bisa dengan mudah mencari informasi tentang keberadaan benda-benda tersebut.

    Untuk mengenalkan benda bersejarah Indonesia yang ada di luar negeri, Museum Nasional bekerja sama dengan museum-museum di Belanda. Tahun 2005, misalnya, Indonesia-Belanda memamerkan koleksi kedua negara melalui program Share Culture Heritage dengan tema "Singhosari".
    Babi perunggu, lambang kemakmuran, berasal dari zaman Majapahit. Saat ini menjadi koleksi milik Metropolitan Museum, Amerika Serikat. (Dok. Metropolitan Museum)


    Pameran yang diadakan bergantian di Indonesia dan Belanda ini memajang koleksi milik Museum Rijkmuseum voor Volkenkunde di Leiden, Museum Nieuwe Kerk di Amsterdam, dan Museum Nasional.

    "Tahun 2007 ada lagi kelanjutannya di Leiden berupa pameran tentang Sumatra," ujarnya.

    Upaya-upaya itu tersebut dilakukan agar masyarakat kedua negara bisa melihat koleksi, baik dari museum Belanda maupun Indonesia. Edi mengatakan, benda milik Indonesia yang diperoleh Belanda sebagian besar hasil rampasan sehingga Belanda memiliki koleksi yang lebih bagus dari Indonesia.

    Selain pameran bersama, upaya lainnnya adalah meminjam koleksi dari Belanda dalam jangka waktu panjang. Peminjaman ini untuk melengkapi koleksi Museum Nasional yang kini sedang ditata ulang.

    Intan mengatakan, pihaknya tentu senang apabila benda-benda bersejarah milik Indonesia yang masih tersebar di beberapa negara dikembalikan ke Indonesia. Akan tetapi, saat ini pihaknya belum siap jika harus menampung karena ruangan penyimpanan sangat terbatas.

    Bahkan, untuk menyimpan koleksi Museum Nasional yang berjumlah 141.889 koleksi, ruangan yang ada sudah tidak mencukupi. "Saat ini sedang dibangun gedung baru seluas 15.000 meter persegi yang nantinya, antara lain, akan digunakan untuk penyimpanan. Mudah-mudahan tahun 2017 bisa selesai," kata Intan.

    Pada saat bersamaan, upaya pendataan ulang koleksi Musuem Nasional juga sedang
  • You might also like

    No comments:

    Post a Comment

Powered by Blogger.

Follower

Total Visitor

Search This Blog

Archives

Translators

English French German Spain Russian Japanese Arabic Chinese Simplified

Blogger templates

Blogger news

Budayakan membaca walaupun sekedar artikel ringan.

Page Fans

Blogroll

CHRONIC = ART