• Robot Siap Gantikan Petani di Ladang



    Gordon Wyeth, ketua tim proyek Farm Robotics Queensland University of Technology (QUT) menyatakan, pertanian di Australia perlu lebih kompetitif secara global agar mampu bertahan dalam jangka panjang. Untuk itu, penggunaan robot akan menjadi bagian dari transformasi di industri tersebut.

    Menurut Wyeth, QUT yang memiliki kemampuan untuk melakukan riset dan pengembangan robotik telah mengembangkan prototipe "AgBot" dan sedang diuji coba bersama dengan Swarm Farm, mitra mereka di kawasan Emerald, Victoria, Australia.

    "AgBot merupakan robot ringan berukuran sebesar kereta golf dan didesain khusus untuk meminimalisir dampak lingkungan saat penyiangan. Ia mampu menjelajah lahan pertanian seluas 4.000 hektare menggunakan sensor murah, membidik tanaman dengan semprotan meski tanaman tersebut masih muda," ucap Wyeth.

    Dengan biaya sekitar Rp190 juta per AgBot, sebut Wyeth, petani yang memiliki lahan gandum seluas 4.000 hektare bisa mempekerjakan 100 robot dan menggantikan traktor serta peralatan lain. "Saat ini petani harus menggunakan traktor untuk menyiangi lahan. Tetapi berhubung lahan seringkali becek atau tergenang setalah hujan turun, artinya traktor tidak bisa langsung digunakan," kata Wyeth.

    "Akibatnya, rerumputan keburu tinggi dan butuh lebih banyak obat untuk membasminya," ucapnya. Menggunakan AgBot, penyiangan bisa langsung dilakukan dan tidak perlu menggunakan banyak obat. "Ini lebih baik bagi lingkungan dan anggaran sang petani," kata Wyeth.

    "Kami perkirakan, robot ini bisa menghemat sekitar Rp5,6 triliun per tahun, hanya dari industri gandum saja terkait penyiangan," ucap Wyeth.

    Wyeth menyebutkan, petani juga akan diuntungkan karena robot juga bisa menginformasikan kondisi tanaman mereka dan ini lebih memudahkan petani saat menjadwalkan panen. Dan berhubung seluruh informasi status tanaman juga diberikan, petani bisa mengirim robot-robot ke kawasan lahan yang paling membutuhkan perhatian.

    "Saat ini, sekitar 80 persen tanaman hortikultura dirusak oleh burung. Robot ini sangat mampu menjadi orang-orangan sawah dan melacak serta mengusir mereka dari lahan pertanian," sebut Wyeth. "Petani juga bisa menghemat upah buruh yang kini mencapai sekitar 40 persen dari biaya produksi sejumlah produk hortikultura," ucapnya.

    Meski mampu menghemat triliunan rupiah, mengatasi masalah perburuhan, meningkatkan kualitas dan hasil produksi, advokasi buruh tani menyatakan, mekanisasi terhadap industri pertanian akan menimbulkan masalah lain. Buruh akan kehilangan pekerjaan, petani akan menggunakan lebih banyak pestisida, dan pasokan makanan akan menjadi kurang aman.

    Robot-robot agrikultural ini sendiri baru akan tersedia secara komersial setidaknya dalam waktu sepuluh tahun mendatang.
  • You might also like

    No comments:

    Post a Comment

Powered by Blogger.

Follower

Total Visitor

Search This Blog

Archives

Translators

English French German Spain Russian Japanese Arabic Chinese Simplified

Blogger templates

Blogger news

Budayakan membaca walaupun sekedar artikel ringan.

Page Fans

Blogroll

CHRONIC = ART